Dua Pasang Hati

Sabtu, 16 Mei 2015 - 09:23 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Ia membusungkan dadanya, ingin menjadi ksatria bagi gadis secantik Lara. Lara membalas tatapan matanya dalam-dalam dengan dingin. ”Panji, please. Gue....” Tiba-tiba saja Lara mengeluarkan cincin yang digantungkan di kalung lehernya.

Sebenernya sih, cincin itu pemberian ibunya sewaktu kecil dulu. Tapi berhubung bentuknya lebih mirip cincin yang biasa dipakai untuk pertunangan, lumayan kan buat ngusir cowok ini. ”Hah? Oh... ng... jadi lo... udah punya pacar, Ra?” kata cowok itu mendadak canggung dan nggak enak hati melihat cincin yang dikalungkannya tersebut.

Lara menjawabnya dengan satu anggukan. Membuat cowok itu semakin tidak nyaman dan beranjak dari kursi tersebut. Eh, tapi tiba-tiba cowok itu mencondongkan tubuhnya ke depan Lara. Membuatnya melihat jelas betapa tampannya Panji saat itu. Alih-alih melirik matanya, sepertinya mata Panji fokus melirik ukiran cincin tersebut.

”Cincin lo itu... beneran cincin dari pacar lo?” tanya cowok itu seakan curiga padanya. Matanya menyipit seketika dan fokus melihat cincin tersebut. ”Iyalah. Masa gue bohong sih? Kenapa emangnya?” sahut Lara mulai galak. ”Nama pacar lo.... Melia Yovita Anggraini?” tanyanya lagi.

Dia bergidik geli kemudian, ”Ckckck... ternyata elo...” Cowok itu membungkam mulutnya sendiri dengan telapak tangannya. ”Lesbian?” Lara langsung memelototi Panji dengan kesal. Berani-beraninya Panji menuduhnya dengan hal-hal kayak gitu. Tunggu. Apa dia bilang? Melia Yovita Anggraini? Bukankah itu nama ibunya? Kok si Panji bisa tau nama mamanya, emangnya dia kenal?

Lara mengeluarkan kalung itu dari lehernya, dan membaca tulisan yang terukir di cincin tersebut. Astagaaaa! Lara baru ingat, cincin itu memang terukir nama ibunya, pertanda agar Lara selalu mengingat nama ibunya. Lara memalingkan wajahnya ke arah lain. Tengsin berat! Alih-alih mau bohongin si playboy kadal ini, malah dia sendiri yang kena! Bego, bego bego! Lara merutuk dalam hati.

”Eh.. ng.. Bukan, Nji. Bukan bukan itu maksud gue.” Lara berusaha meluruskan maksudnya. Cowok itu masih saja terpaku dan bergidik geli menatap rekan barunya itu ternyata... Dia menatap Lara hingga tak bergeming, batinnya masih nggak menyangka gadis secantik itu ternyata penyuka sesama jenis begitu. ”Gue permisi dulu ya, Ra.

Semoga lo cepet kembali ke jalan Tuhan ya?” akhir Panji, ia menepuk-nepuk punggung Lara penuh iba. Lara hanya bisa terdiam menatap punggung cowok itu nanar. Tak terasa, matahari sepertinya harus kembali di tempat peristirahatannya, sebelum ia terlalu lelah menyinari bumi hari ini.

Namun sayangnya, nasib seorang dokter berusia tiga puluh itu, tak sama enaknya dengan sang matahari yang punya waktu luang untuk mengistirahatkan tubuhnya. Setelah hampir tujuh jam ia berkutat dengan operasi C-section bagi pasiennya malam itu, kini ia masih harus mempersiapkan bahan presentasi untuk seminar bagi mahasiswa dokter spesialis kandungan di almaternya, Felicitas University, esok pagi.

Berkali-kali matanya tak bisa menahan rasa kantuk yang menyerangnya. Padahal bahannya tinggal diselesaikan sedikit lagi. Keenan, begitu dokter itu biasa disapa akhirnya mengalah. Ia memejamkan matanya hanya beberapa menit saja. Alih-alih ia tertidur, otaknya terus memacunya berpikir sesuatu. Pikirannya terus terbayang soal pertemuannya dengan Lara, gadis yang sembilan tahun lalu dijodohkan dengannya.

Ah, dia ternyata belum berubah. Sifat dan gayanya masih sama. Judes dan menyebalkan. Terutama ketika ia berbicara dengannya, entah kenapa Keenan begitu sebal dengan gayanya yang selalu heboh dan berteriak-teriak, seakan-akan itu semua palsu. Dia juga nggak habis pikir, udah setua itu, Lara tidak pernah berubah. Masih saja terlihat kekanak-kanakan dan nggak mau kalah.

Selalu menganggap dirinya benar, itulah mengapa Keenan lebih memilih Feli ketimbang Lara dulu. Feli terlampau dewasa dibandingkan Lara. Dia bisa mengerti apa yang diinginkan Keenan. (bersambung)

Vania M. Bernadette
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0615 seconds (0.1#10.140)